Jumat, 25 Maret 2011

Marco Van Basten

Marcel “Marco” van Basten (lahir tanggal 31 Oktober 1964) Adalah seorang pemain sepak bola asal Belanda yang pernah bermain untuk AC Milan ditahun 1980-an sampai 1990-an. Ia terkenal karena kemampuannya sebagai penyerang yang haus gol namun, sayangnya saat ia dipuncak kejayaan dengan 277 gol ia diterpa cidera dimana mengharuskan ia untuk pensiun dari bermain sepak bola.

Van basten merupakan pemain terbaik Eropa Tahun tiga kali (1988, ’89 dan ’92) dan FIFA World Player of the Year pada tahun 1992. Pada tahun 2004, sebuah jajak pendapat nasional diadakan untuk 100 orang-orang Belanda ( De Grootste Nederlander ) dan van Basten nomor 25, tertinggi kedua untuk pemain sepak bola.

Marco van Basten lahir pada tanggal 31 Oktober 1964 di Utrecht. ketika ia berusia tujuh tahun, Dia mulai bermain untuk tim lokal, EDO. Setahun kemudian, ia pindah ke UVV Utrecht . sebelum hijrah ke ajax Amsterdam ia sempat berkarir di Elinkwijk. Van basten menjalani debutnya di musim 1981-1982 saat ajax mencukur NEC dengan skor 5-0. 

Ia menjadi pencetak gol terbanyak di liga selama empat musim dari musim 1983-84 hingga musim 1986-1987, mencetak 117 gol dalam 112 pertandingan. Pada musim 1985-86, ia mencetak 37 gol dalam 26 pertandingan liga, termasuk enam gol melawan Sparta Rotterdam dan lima gol melawan Heracles Almelo , dan memenangkan Golden Boot Eropa. Dia juga mencetak gol kemenangan di UEFA Cup Winners ‘Cup final melawan Lokomotive Leipzig pada tahun 1987.

Pada tahun 1987, Silvio Berlusconi berhasil mendatangkan Marco van Basten untuk AC Milan , serta rekan senegaranya Ruud Gullit dan Frank Rijkaard ikut bergabung pada tahun 1988. Pada musim pertamanya di Milan ia memenangkan Scudetto , tetapi van Basten hanya memainkan 11 pertandingan dan selalu terganggu oleh cedera pergelangan kaki.

Pada tahun 1988-1989, van Basten memenangkan Ballon d’Or sebagai pemain sepak bola terbaik Eropa. Dia mencetak 19 gol di Serie A dan mencetak dua gol di final Piala Eropa saat Milan menang melawan Steaua Bucuresti .

Pada 1989-1990, ia menjadi Capocannoniere Serie A, dan Milan berhasil mempertahankan Piala Eropa setelah mengalahkan SL Benfica di pertandingan final.

Berlusconi memecat manajer Arrigo Sacchi, dan langsung di gantikan oleh Fabio Capello. Fabio Capello mengambil alih musim berikutnya, dan Milan tak terkalahkan di liga serie A memenangkan Scudetto. Van Basten mencetak 25 gol liga, dan menjadi Capocannoniere lagi.

Pada bulan November 1992, ia menjadi pemain pertama yang mencetak empat gol dalam pertandingan Liga Champions, melawan tim Swedia IFK Göteborg .

Milan mengukir rekor tidak terkalahkan mereka di musim 1992-93, dengan 58 pertandingan selama dua musim. Van Basten bermain sangat baik di bagian awal musim. ia kembali terpilih sebagai pemain terbaik Eropa tahun itu,serta menjadi pemain ketiga setelah Johan Cruyff dan Michel Platini untuk memenangkan penghargaan sebanyak tiga kali.

Saat van basten cedera pergelangan kaki-Nya kambuh lagi di pertandingan melawan AC Ancona , yang memaksa dia untuk menjalani serangkaian operasi. sempat kembali untuk beberapa pertandingan terakhir di musim tersebut, sebelum Milan kalah dari Olympique de Marseille di Liga Champions. ternyata pertandingan itu pertandingan terakhir van Basten untuk klubnya . Dia kemudian menghabiskan dua tahun berjuang untuk sembuh, tapi akhirnya mengumumkan pensiun pada tahun 1995, pada usia 30 tahun.

Honours

Club
Ajax
* UEFA Cup Winners Cup: 1987
* Eredivisie: 1981–82, 1982–83, 1984–85
* KNVB Cup: 1983, 1986, 1987
Milan
* European Cup: 1989, 1990
* Intercontinental Cup: 1989, 1990
* European Supercup: 1989, 1990
* Serie A: 1987–88, 1991–92, 1992–93
* Supercoppa Italiana: 1988, 1992, 1993

International
* UEFA European Championship: 1988
* Nasazzi’s Baton: 1985

Individual honours
* FIFA World Player of the Year: 1992
* World Soccer Player of the Year: 1988, 1992
* UEFA Best Player of the Year: 1989, 1990, 1992
* IFFHS Best Player of the Year: 1988, 1989, 1990
* Onze d’Or: 1988, 1989
* Onze d’Argent: 1987, 1992
* Bravo Award: 1987
* UEFA European Championship 1988 Top Scorer and Best Player with 5 goals
* European Footballer of the Year: 1988, 1989, 1992
* Dutch Footballer of the Year: 1984–85
* FIFA 100 (List of the greatest living footballers picked by Pelé): 2004
* European Golden Boot: 1985–86
* European Silver Boot: 1983–84
* European Cup Top Scorer: 1989
* European Cup Silver Top Scorer: 1993
* Dutch League Top Scorer: 1983–84, 1984–85, 1985–86, 1986–87
* Serie A Top Scorer: 1989–90, 1991–92
* Serie A Silver Top Scorer: 1988–89
* World Golden Boot: 1985–86

Paolo Maldini

Paolo Maldini (lahir di Milan, Italia, 26 Juni 1968) adalah seorang pesepak bola Italia. Sepanjang kariernya dia hanya bermain di klub AC Milan, di mana dia paling sering diposisikan sebagai bek kiri dan bek tengah. Ia bertinggi tubuh 188 cm. Maldini adalah salah satu legenda sepak bola Italia yang sangat disegani.

Di pentas Seri A, Paolo Maldini berhasil menyamai rekor penampilan Dino Zoff di Seri A sebanyak 570 kali pada 18 September 2005 dalam pertandingan melawan Sampdoria. Pertandingan tersebut juga merupakan yang ke-800 dalam kariernya bersama AC Milan. Kontrak Maldini awalnya akan berakhir pada akhir musim 2007-08 namun kemudian diperpanjang hingga musim 2008-09. Untuk dedikasi terhadap klubnya, AC Milan, seragam bernomor 3 akan turut dipensiunkan sampai putranya, Christian, masuk ke skuad utama AC Milan.

Debut Maldini di Seri A terjadi pada tahun 1985 melawan Udinese, saat berusia 16 tahun. Sejak saat itu dia mempunyai karier yang cemerlang, memenangi banyak trofi bersama Milan. Maldini bisa dikatakan adalah bek terbaik di dunia pada puncak kariernya. Hal ini ditandai dengan keberhasilan Maldini meraih Ballon d’Or versi majalah France Football pada tahun 1994.

Pada debutnya, Maldini dipasang oleh pelatih Nils Liedholm sebagai bek kanan. Musim berikutnya, posisi Maldini diubah menjadi bek kiri, seiring kemampuannya menggunakan kedua kakinya. Di posisi ini Maldini melegenda sampai bertahun-tahun sebagai seorang bek kiri. Pada tahun 1997, setelah Franco Baresi (kapten dan bek tengah Milan) pensiun, Maldini mulai dicoba posisi sebagai bek sentral. Peran ini dilakoni dengan baik, hingga saat ini Paolo Maldini juga dikenal sebagai seorang bek sentral. Maldini juga dikenal akan kepemimpinannya yang berpengaruh, temperamennya yang tenang dan pertahanannya yang tanpa cela.

Maldini adalah orang ke-5 yang tampil seratus kali di Liga Champions sepanjang sejarah seiring dengan penampilannya melawan Glasgow Celtic di babak kedua Liga Champions Eropa 2006/2007. Setelah 22 tahun membela Milan, Maldini melempar pernyataan tentang kemungkinan dirinya akan pensiun pada akhir musim 2007/2008, seiring dengan berakhir kontrak dirinya dengan Milan. Namun, menginjak usia 40 tahun pada bulan Juni 2008, Maldini masih akan bermain untuk Milan pada musim 2008/2009. Maldini benar-benar pensiun pada musim 2009, ia telah memutuskan untuk pensiun dari AC milan, klub yang telah membesarkan namanya.

Sama dengan karier klub-nya, Paolo Maldini pertama bermain di tim nasional sebagai bek kiri. Pada tahun 1998, Paolo Maldini pertama kali bermain sebagai bek sentral dalamm sistem tiga bek tengah di Piala Dunia 1998. Selepas itu, seiring dengan perannya di klub, Maldini selalu bermain sebagai bek sentral di tim nasional sampai menyatakan mundur pada tahun 2002.

Maldini adalah pemain dengan rekor penampilan terbanyak kedua dalam tim nasional Italia meski belum pernah meraih gelar pada tingkat internasional. Maldini berpartisipasi di empat Piala Dunia, dan turut serta dalam final Piala Dunia 1994. Dia pensiun dari timnas setelah Piala Dunia 2002 dengan jumlah penampilan 126 kali dan mencetak 7 gol. Selain itu, Paolo Maldini juga 3 kali masuk ke dalam skuad Italia di Piala Eropa, yaitu di tahun 1988, 1996 dan 2000. Pada Piala Eropa 2000 Maldini menjadi kapten dari tim nasional Italia yang kalah dramatis dari Perancis di final.

Setelah pensiun dari timnas, Paolo Maldini masih bermain untuk AC Milan, dan membantu klub tersebut memenangi gelar juara Liga Champions tahun 2003 dan juara Serie A Italia pada tahun berikutnya. Sehingga muncul tuntutan publik yang menginginkan Maldini untuk keluar dari masa pensiun timnas-nya guna mengikuti Piala Eropa pada tahun 2004, namun hal tersebut ditolak dengan alasan pribadi. Pada 31 Mei 2009 menjadi lembaran akhir Maldini berkaos AC Milan. Ia resmi gantung sepatu di laga terakhirnya AC Milan versus Fiorentina di kandang Fiorentina. Pertandingan itu dimenangkan AC Milan dengan skor 2-0.

Paolo Maldini lahir dari keluarga pesepak bola. Ayahnya, Cesare, merupakan kapten AC Milan pada tahun 1960-an yang turut menjuarai Piala Champions pada tahun 1963. Generasi ketiga Maldini yang merupakan putra pertama Paolo dengan model asal Venezuela Adriana Fossa, Christian Maldini, saat ini juga masuk ke dalam klub AC Milan untuk kategori tim muda.

Honours
Milan
* Serie A: 7
1987–88, 1991–92, 1992–93, 1993–94, 1995–96, 1998–99, 2003–04
* Coppa Italia: 1
2002–03
* Supercoppa Italiana: 5
1988, 1992, 1993, 1994, 2004
* European Cup/Champions League: 5
1988–89, 1989–90, 1993–94, 2002–03, 2006–07
* UEFA Super Cup: 5
1989, 1990, 1994, 2003, 2007
* Intercontinental Cup: 2
1989, 1990
* FIFA Club World Cup: 1
2007

Individual
* Under-21 European Footballer of the Year: 1
1989
* FIFA World Cup Team of the Tournament:: 1
1994
* UEFA European Championship Team of the Tournament: 3
1988, 1996, 2000
* FIFA World Cup All-Star Team: 2
1990, 1994
* UEFA Champions League Final Man of the Match: 1
2003
* 1995 FIFA World Player of the Year: 1
Silver Award
* Ballon d’Or Bronze Award: 2
1994, 2003
* Serie A Defender of the Year: 1
2004
* FIFA 100: 1
* UEFA Team of the Year: 2
2003, 2005
* ESM Team of the Year: 4
1994–95, 1995–96, 1999–2000, 2002–03
* FIFPro World XI: 1
2005
* UEFA Champions League Best Defender: 1
2007
* Italy captain: 1
1994–2002
* UEFA Champions League Achievement Award: 1
2009
* AC Milan all-time highest number of appearances: 1
902
* UEFA Champions League Record of most appearances: 1
168
* Serie A highest number of appearances: 1
647

Franco Baresi

Franco Baresi (lahir 8 Mei 1960 di Travagliato , Italia) adalah pemain sepak bola asal italia. Ia bermain sebagai Sweeper atau bek tengah untuk klub terbaik dunia AC Milan. Di Milanlah karir franco habiskan.

Franco merupakan adik kandung dari assisten manager Intermilan Giuseppe Baresi. Bahkan Baresi sendiri pernah hampir menjadi pemain Inter namun sayang ia ditolak mentah-mentah oleh klub itu, dan memutuskan untuk mencoba peruntungan di rival sekota inter yaitu AC Milan dan akhirnyapun ia diterima di squad muda saat itu. Di Milanlah ia tumbuh menjadi salah satu sweeper terbaik dunia.

Baresi memimpin Milan dilini pertahanan dan menjadi yang terbaik dari satu dekade, periode di mana pertahanan Milan dianggap oleh banyak pengamat sebagai salah satu yang terbaik dalam sejarah sepak bola, yang terdiri dari Baresi, Paolo Maldini, Alessandro Costacurta dan Mauro Tassotti . Ia juga salah satu dari beberapa pemain yang menghabiskan seluruh karirnya di satu klub AC Milan, dia bermain 719 pertandingan, mencetak 33 gol.

Ia pensiun pada tahun 1997 berusia 37. Dengan Milan, Baresi memenangkan enam scudetto ( Serie A gelar liga) dan tiga Piala Eropa meskipun ia tidak ambil bagian dalam kemenangan terakhir. Paolo Maldini membimbing Milan di tahun-tahun berikutnya. Nomor 6 yang ia kenakan selama bermain untuk AC Milan dipensiunkan oleh klub untuk menghormati jasa-jasanya, peristiwa yang jarang terjadi untuk sepak bola Italia.

Baresi kembali ke Milan sebagai pelatih tim muda pada tahun 2002. Beliau diangkat pelatih kepala squad AC Milan Primavera UD-20. Pada tahun 2006, ia dipindahkan oleh klub untuk mepelatih Berretti U-19, dengan Filippo Galli menggantikan dia di tim Primavera. Dia pensiun dari pembinaan dan digantikan oleh Roberto Bertuzzo.

Pada tanggal 4 Maret 2004, Ia diundang di sebuah acara di London, untuk memperingati 100 tahun Fédération Internationale de Football Association (FIFA), badan internasional sepak bola FIFA. Daftar ini berisi pilihan “pemain terbesar”, Baresi adalah salah satu dari banyak dari tim Milan legendaris tahun 1990-an yang akan dimasukkan. Baresi adalah salah satu dari beberapa pemain yang telah memenangkan semua kehormatan nasional, dan melakukannya semua dengan negara asalnya.

* AC Milan
o UEFA Champions league: 1989, 1990, 1994.
o Intercontinental Cup: 1989, 1990.
o European Supercup: 1989, 1990,1994.
o Italian Championship:1979, 1988, 1992, 1993, 1994, 1996.
o Serie B: 1981, 1983
o Italian Super Cup: 1988, 1992, 1993, 1994.
o Mitropa Cup: 1982

* Italy:
o FIFA World Cup: 1982
o Scania 100 Tournament (Sweden 1991):1991
o Runners-up FIFA World Cup: 1994
o Runners-up US Cup:1992

Individual honours

* 1989
o European Silver Ball Footballer of the Year France Football * 1990
o Top Scorer Italian Cup : (4 goals) Total (15 goals) Italian Cup.
o Italian League The best player of the year.
o Silver in Best world player of the year IFFHS : 1989
* 1999
o AC Milan player of the Century. His jersey number 6 at Milan has been retired
* 2004
o Named in FIFA 100
o Named Italian Player of the 20th Century by FIGC

Fossa dei Leoni

Fossa dei Leoni (FDL) adalah asosiasi ultras sepakbola pendukung AC Milan didirikan pada tahun 1968. Ini adalah kelompok ultras yang pertama untuk membentuk di Italia.

 
Awal sejarah

Asosiasi ini lahir awalnya sebagai sebuah kelompok ketika sekelompok pendukung milan mulai bertemu di sector 18 yang populer San Siro stadion, di Milan , mengenakan seragam AC Milan dan mendukung Milan di stadion bendera dan confetti . Nama itu dipilih karena nama panggilan dari stadion lama AC Milan.

Pada 1972 mereka pindah dari jalan 18 ke sektor tengah stadion. Pada tahun yang sama mereka menciptakan himne, diinspirasikan ke “film Italia armata Brancaleone L’ “. Pada periode itu banyak Italia ultras atau kelompok yang akan mengidentifikasi dirinya dalam ide-ide politik yang berbeda dan Fossa diidentifikasi sendiri ke sayap kiri , mengambil selalu di stadion spanduk besar dengan gambar Che Guevara . Karena beberapa masalah dengan polisi Italia , dari 1975 ke 1977 itu berganti nama dalam “Inferno Rossonero” (Red-Black Neraka).

Pada tahun-tahun berikutnya  Fossa menjadi model dan contoh untuk banyak kelompok-kelompok ultras di Italia dalam film Italia ” Eccezzziunale … veramente “. Dalam film yang dibintangi, Diego Abatantuono , memainkan peran pemimpin kelompok, bernama “Donato, yang ras dari Fossa”.

Setelah 38 tahun Akhirnya FDL secara resmi membubarkan diri pada Tanggal 17 November 2005 oleh anggotanya sendiri Selama konflik internal antara pendukung Milan’s, Fossa dei Leoni dituduh berkolaborasi dengan DIGOS (tidak dapat diterima untuk cita-cita ultras) untuk memperoleh restitusi dari spanduk lawan dan beberapa anggota itu terancam. Pada akhirnya konflik tersebut dibawah para pemimpin kelompok memutuskan bubar untuk sementara.
 
Alasan lain konflik ini adalah adanya keretakan hubungan kelompok dengan dua ultras sejarah Milan lainnya yaitu Brigate Rossonere dan Commandos Tigre , karena perbedaan politik dan perjuangan untuk kepemimpinan antara para pendukung Milan.

Setelah berbagai hipotesis untuk menciptakan kelompok, satu bulan kemudian (31 Desember 2005) mereka mendirikan kelompok “Guerrieri kurva Ultras Sud Milano” disusun oleh banyak mantan anggota Fossa dei Leoni.

Himne dari Fossa, berdasarkan ke tema musik film Italia ” L’armata Brancaleone “( 1966 ):
” Leoni armati stiam marciando siam la Fossa dei Leon…dei leon.. leon.. leon… leon… leon… siam la Fossa dei Leon! Sangue! Violenza! Fossa dei Leoni! ” “Leoni siam armati marciando stiam la Fossa dei dei Leon … leon .. leon .. leon … leon … leon … siam la Fossa dei Leon! Sangue Violenza! Fossa dei Leoni!”
 
Pokok dan persaingan tertua adalah terhadap para pendukung Inter , klub sepak bola lainnya di kota Milan . persaingan utama lainnya adalah terhadap para pendukung Roma (kota kembar sejak awal 1980-an), SSC Napoli (kembar sejak awal 1980-an), Juventus , Lazio , Genoa , Verona , Atalanta , Fiorentina , Sampdoria dan Cagliari .

Hubungan persahabatan dari kelompok tersebut dengan kelompok pendukung sedikit. Fossa hanya berdamai dengan ultras dari Brescia .

Rabu, 23 Maret 2011

A.C. Milan

Associazione Calcio Milan Italia (dipanggil A.C. Milan atau Milan saja) adalah sebuah klub sepak bola Italia yang berbasis di Milan. Mereka bermain dengan seragam bergaris merah-hitam dan celana putih (kadang-kadang hitam), sehingga dijuluki rossoneri ("merah-hitam"). Milan adalah tim tersukses kedua dalam sejarah persepak bolaan Italia, menjuarai Seri A 17 kali dan Piala Italia lima kali.

Klub ini didirikan pada tahun 1899 dengan nama Klub Kriket dan Sepak bola Milan (Milan Cricket and Football Club) oleh Alfred Edwards, seorang ekspatriat Inggris. Sebagai penghormatan terhadap asal-usulnya, Milan tetap menggunakan ejaan bahasa Inggris nama kotanya (Milan) daripada menggunakan ejaan bahasa Italia Milano.

Awal Masa Terbentuk

Klub ini didirikan oleh dua orang ekspatriat Inggris , yaitu Herbert Kilpin dan Alfred Edwards dengan nama Klub Kriket dan Sepakbola Milan pada tahun 16 Desember 1899. Pada saat itu, Edwards menjadi Presiden klub pertama Milan dan Kilpin menjadi kapten tim pertama Milan. Musim 1901, Milan memenangkan gelar pertamanya sebagai jawara sepak bola Italia, setelah mengalahkan Genoa C.F.C. 3-0 di final Kejuaraan Sepakbola Italia. Pada 1908, sebagian pemain dari Italia dan para pemain dari Swiss yang tidak menyukai dominasi orang Italia dan Inggris dalam skuad inti Milan saat itu, memisahkan diri dari Milan dan membentuk Internazionale.

Masa GreNoLi

Pada dekade 50-an, Milan ditakuti di bidang sepak bola dunia karena mempunyai trio GreNoLi , yang terdiri atas Gunnar Gren , Gunnar Nordahl , dan Nils Liedholm .Ketiganya merupakan pemain asal Swedia. Gren dan Nordahl beroperasi di sektor depan sebagai striker, sementara Liedholm mendukung serangan sebagai penyerang bayangan (playmaker). Tim di masa ini juga dihuni oleh sekelompok pemain-pemain berkualitas pada masanya, seperti Lorenzo Buffon, Cesare Maldini, dan Carlo Annovazzi. Kemenangan tersukses AC Milan oleh Juventus tercipta 5 Februari 1950, dengan skor 7-1, dan Gunnar Nordahl mencetak hat-trick.

Era Nereo Rocco

Milan kembali memenangi musim 1961/1962. Pelatihnya saat itu adalah Nereo Rocco, pelatih sepak bola yang inovatif, yang dikenal sebagai penemu taktik catenaccio (pertahanan gerendel/berlapis). Di dalam tim termasuk Gianni Rivera dan José Altafini yang keduanya masih muda. Musim berikutnya, dengan gol Altafini, Milan memenangkan Piala Eropa pertama mereka (kemudian dikenal sebagai Liga Champions UEFA) dengan mengalahkan Benfica 2-1. Ini juga merupakan pertama kalinya sebuah tim Italia memenangkan Piala Eropa.

Meskipun begitu, selama tahun 1960-an piala kemenangan Milan mulai menyusut , terutama karena perlawanan berat dari Inter yang dilatih Helenio Herrera. Scudetto berikutnya tiba hanya di 1967/1968, berkat gol Pierino Prati, topskor Seri A di musim itu, Piala Winners berhasil direbut ketika mengalahkan Hamburger SV, dan juga berkat dua gol dari Kurt Hamrin. Musim selanjutnya AC Milan memenangkan Piala Eropa kedua (4-1 untuk AFC Ajax), dan pada 1969 memenangkan Piala Interkontinental pertama, setelah mengalahkan Estudiantes de La Plata dari Argentina dalam dua leg dramatis (3-0, 1-2).

Scudetto kesepuluh dan Seri B

Di tahun 1970, Milan merebut tiga gelar Coppa Italia dan gelar Piala Winners kedua; namun, tujuan utama Milan adalah scudetto kesepuluh, yang berarti mendapatkan "bintang" untuk tim (di Italia,setiap tim yang meraih 10 gelar liga mendapat bintang yang disemat di bajunya). Di 1972 mereka meraih semifinal Piala UEFA, kalah dari pemenang sesungguhnya, Tottenham Hotspur. Musim 1972/1973 mereka hampir memenangkan scudetto kesepulh, namun gagal karena hasil kalah menyakitkan dari Hellas Verona F.C. di pertandingan terakhir musim. AC Milan menunggu sampai musim 1978/1979 untuk meraih scudetto kesepuluh mereka, yang dipimpin oleh Gianni Rivera, yang pensiun dari dunia sepak bola setelah membawa timnya meraih kemenangan tersebut.

Namun, hasil terburuk datang kepada "Rossoneri": setelah memenangkan musim 1979/1980, Milan didegradasi ke Seri B oleh F.I.G.C, bersama S.S. Lazio, karena terlibat skandal perjudian Totonero 1980. Di 1980/1981, Milan dengan mudah menjuarai Seri B, dan kembali ke Seri A, di mana penyakit tersebut terulang di musim 1981/1982, Milan terdegradasi kembali.

The Dream Team

Kedatangan Berlusconi

Setelah serentetan masalah menerpa Milan, dan membuat klub kehilangan suksesnya, AC Milan dibeli oleh enterpreneur Italia, Silvio Berlusconi. Berlusconi adalah sinar harapan Milan kala itu. Dia datang pada 1986. Berlusconi memboyong pelatih baru untuk Milan, Arrigo Sacchi, serta tiga orang pemain Belanda, Marco van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit, untuk mengembalikan tim pada kejayaan. Ia juga membeli pemain lainnya, seperti Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti, dan Giovanni Galli.

Era Sacchi

Sacchi memenangkan Seri A musim 1987-1988. Di 1988-1989, Milan memenangkan gelar Liga Champions ketiganya, mempecundangi Steaua Bucureşti 4-0 di final, dan gelar Piala Interkontinental kedua mengalahkan National de Medellin (1-0, gol tercipta di babak perpanjangan waktu). Tim mulai mengulangi kejayaan mereka di musim-musim berikutnya, mengalahkan S.L. Benfica, dan Olimpia Asunción di 1990. Skuad kemenangan Eropa mereka adalah:

Era Capello

Saat Sacchi meninggalkan Milan untuk melatih Italia, Fabio Capello dijadikan pelatih Milan selanjutnya, dan Milan meraih masa keemasannya sebagai Gli Invicibli (The Invicibles) dan Dream Team. Dengan 58 pertandingan tanpa satu pun kekalahan Invicibli membuat tim impian di semua sektor seperti Baresi, Costacurta, dan Maldini memimpin pertahanan terbaik, Marcel Desailly, Donadoni, dan Ancelotti di gelandang, dan Dejan Savićević, Zvonimir Boban, dan Daniele Massaro bermain di sektor depan. Pada saat dilatih Capello ini, Milan pernah singgah ke Indonesia dalam rangka tur musiman dan melawan klub lokal Persib Bandung. Pertandingan yang dimulai di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada tanggal 4 Juni 1994 itu dimenangkan Milan dengan skor telak 8-0. Gol kemenangan Milan dicetak oleh Dejan Savićević ('17)('18), Gianluigi Lentini ('26), Paolo Baldieri ('27)('48)('58), Christian Antigori ('68), dan Stefano Desideri ('78).

Masa masa sulit (Tabarez ke Terim)

1996-1997
Setelah kepergian Fabio Capello pada tahun 1996, Milan merekrut Oscar Washington Tabarez tetapi perjuangan keras di bawah kendalinya kurang berhasil dan mereka selalu kalah dalam beberapa pertandingan awal. Dalam upaya untuk mendapatkan kembali kejayaan masa lalu, mereka memanggil kembali Arrigo Sacchi untuk menggantikan Tabarez. Milan mendapatkan tamparan keras kekalahan terburuk mereka di Seri A, dipermalukan oleh Juventus F.C. di rumah mereka sendiri San Siro dengan skor 1-4. Milan membeli sejumlah pemain baru seperti Ibrahim Ba, Christophe Dugarry dan Edgar Davids. Milan berjuang keras dan mengakhiri musim 1996-1997 di peringkat kesebelas di Seri A.
1997-1998
Sacchi digantikan dengan Capello di musim berikutnya. Capello yang menandatangani kontrak baru dengan Milan merekrut banyak pemain potensial seperti Kristen Ziege, Patrick Kluivert, Jesper Blomqvist, dan Leonardo; tetapi hasilnya sama buruk dengan musim sebelumnya. Musim 1997-1998 mereka berakhir di peringkat kesepuluh. Hasil ini tetap tidak bisa diterima para petinggi Milan, dan seperti Sacchi, Capello dipecat.
1998-1999
Dalam pencarian mereka untuk seorang manajer baru, Alberto Zaccheroni menarik perhatian Milan. Zaccheroni adalah manajer Udinese yang telah mengakhiri musim 1997-1998 pada peringkat yang tinggi di tempat ke-3. Milan mengontrak Zaccheroni bersama dengan dua orang pemain dari Udinese, Oliver Bierhoff dan Thomas Helveg. Milan juga menandatangani Roberto Ayala, Luigi Sala dan Andres Guglielminpietro dan dengan formasi kesukaan Zaccheroni 3-4-3, Zaccheroni membawa klub memenangkan scudetto ke-16 kembali ke Milan. Starting XI adalah: Christian Abbiati; Luigi Sala, Alessandro Costacurta, Paolo Maldini; Thomas Helveg, Demetrio Albertini, Massimo Ambrosini, Andres Guglielminpietro; Zvonimir Boban, George Weah, Oliver Bierhoff.
1999-2000
Meskipun sukses di musim sebelumnya, Zaccheroni gagal untuk mentransformasikan Milan seperti The Dream Team dulu. Pada musim berikutnya, meskipun munculnya striker Ukraina Andriy Shevchenko, Milan mengecewakan fans mereka baik dalam Liga Champions UEFA 1999-2000 ataupun Seri A. Milan keluar dari Liga Champions lebih awal, hanya memenangkan satu dari enam pertandingan (tiga seri dan dua kalah) dan mengakhiri musim 1999-2000 di tempat ke-3. Milan tidaklah menjadi sebuah tantangan bagi dua pesaing scudetto kala itu, S.S. Lazio dan Juventus.
2000-2001
Pada musim berikutnya, Milan memenuhi syarat untuk Liga Champions UEFA 2000-2001 setelah mengalahkan Dinamo Zagreb agregat 9-1. Milan memulai Liga Champions dengan semangat tinggi, mengalahkan Beşiktaş JK dari Turki dan raksasa Spanyol FC Barcelona, yang pada waktu itu terdiri dari superstar internasional kelas dunia, Rivaldo dan Patrick Kluivert. Tapi performa Milan mulai menurun secara serius, seri melawan sejumlah tim (yang dipandang sebagai kecil/lemah secara teknis untuk Milan), terutama kalah 2-1 oleh Juventus di Seri A dan 1-0 untuk Leeds United. Dalam Liga Champions putaran kedua, Milan hanya menang sekali dan seri empat kali. Mereka gagal untuk mengalahkan Deportivo de La Coruña dari Spanyol di pertandingan terakhir dan Zaccheroni dipecat. Cesare Maldini, ayah dari kapten tim Paolo, diangkat dan hal segera menjadi lebih baik. Debut kepelatihan resmi Maldini di Milan dimulai dengan menang 6-0 atas A.S. Bari, yang masih memiliki senjata muda, Antonio Cassano. Itu juga di bawah kepemimpinan Maldini bahwa Milan mengalahkan saingan berat sekota Internazionale dengan skor luar biasa 6-0, skor yang tidak pernah diulang dan di mana Serginho membintangi pertandingan. Namun, setelah bentuk puncak ini, Milan mulai kehilangan lagi termasuk kekalahan 1-0 yang mengecewakan untuk Vicenza Calcio, dengan satu-satunya gol dalam pertandingan dicetak oleh seorang Luca Toni. Terlepas dari hasil ini, dewan direksi Milan bersikukuh bahwa Milan mencapai tempat keempat di liga di akhir musim, tapi Maldini gagal dan tim berakhir di tempat keenam.
2001-2002
Milan memulai musim 2000-2001 dengan lebih banyak penandatanganan kontrak pemain bintang termasuk Javi Moreno dan Cosmin Contra yang membawa Deportivo Alavés ke putaran final Piala UEFA. Mereka juga menandatangani Kakha Kaladze (dari Dynamo Kyiv), Rui Costa (dari AC Fiorentina), Filippo Inzaghi (dari Juventus), Martin Laursen (dari Hellas Verona), Jon Dahl Tomasson (dari Feyenoord), Ümit Davala (dari Galatasaray) dan Andrea Pirlo (dari Inter Milan). Fatih Terim diangkat sebagai manajer, menggantikan Cesare Maldini, dan cukup sukses. Namun, setelah lima bulan di klub, Milan tidak berada di lima besar liga dan Terim dipecat karena gagal memenuhi direksi harapan.

Era Ancelotti

Terim digantikan oleh Carlo Ancelotti, meskipun rumor bahwa Franco Baresi akan menjadi manajer baru. Terlepas dari masalah cedera pemain belakang Paolo Maldini, Ancelotti berhasil dan mengakhiri musim 2001-02 dalam peringkat empat, tempat terakhir untuk di Liga Champions. Starting XI pada saat itu adalah Christian Abbiati; Cosmin Contra, Alessandro Costacurta, Martin Laursen, Kakha Kaladze, Gennaro Gattuso, Demetrio Albertini, Serginho; Manuel Rui Costa; Andriy Shevchenko, Filippo Inzaghi. Ancelotti membawa Milan meraih gelar juara Liga Champions pada musim 2002/2003 ketika mengalahkan Juventus lewat drama adu penalti di Manchester, Inggris. Milan terakhir kali meraih gelar prestisus dengan merebut juara Liga Italia pada musim kompetisi 2003/2004 sekaligus menempatkan penyerang Andriy Shevchenko sebagai pencetak gol terbanyak di Liga Italia, maka rossoneri-pun semakin ditakuti.

Pasang surut 2006-2008

Pada musim kompetisi Liga Italia Seri A 2006/2007, Milan terkait dengan skandal calciopoli yang mengakibatkan klub tersebut harus memulai kompetisi dengan pengurangan 8 poin. Meskipun begitu, publik Italia tetap berbangga karena di tengah rusaknya citra sepak bola Italia akibat calciopoli, Milan berhasil menjuarai kompetisi sepak bola yang paling bergengsi di dunia, Liga Champions. Hasil itu didapat setelah Milan menaklukkan Liverpool 2-1 lewat dua gol Filippo Inzaghi. Gelar inipun menuntaskan dendam Milan yang kalah adu penalti dengan Liverpool dua tahun silam. Gelar pencetak gol terbanyakpun disabet pemain jenius Milan, Kaká dengan torehan 10 gol. Pada pertengahan musim, Milan mendatangkan mantan pemain terbaik dunia, Ronaldo dari Real Madrid untuk memperkuat armada penyerang mereka setelah penyerang muda Marco Borriello dihukum karena terbukti doping. Musim 2007/2008, Milan terpaksa bermain di kompetisi Piala UEFA setelah hanya berhasil menduduki peringkat ke-5 dibawah Fiorentina dengan selisih 2 poin. Dalam pertandingan Serie A yang terakhir, Milan menang 4-1 atas Udinese, tapi di saat bersamaan, Fiorentina juga menang atas Torino dengan skor 1-0 yang akhirnya posisi kedua tim tak ada perubahan. Untuk memperbaiki performa di musim berikut (2008/2009), Milan membeli sejumlah pemain baru, di antaranya Mathieu Flamini dari Arsenal, serta Gianluca Zambrotta dan Ronaldinho yang keduanya berasal dari Barcelona. Pada transfer paruh musim 2008/2009, Milan mendatangkan David Beckham dengan status pinjaman dari klub sepak bola Amerika Serikat LA Galaxy.

Pasca-Ancelotti

Era Leonardo

Pada akhir musim 2008/2009,Milan menempati peringkat ke-3 klasemen liga Serie A, dua peringkat di bawah rival sekota, Internazionale yang meraih scudetto dan di bawah Juventus. Untuk memperbaiki hasil yang kurang memuaskan ini, Milan mendatangkan pelatih muda yang sekaligus mantan pemain Milan era 90-an, Leonardo untuk menggantikan pelatih Milan sebelumnya, Ancelotti yang "hijrah ke London", tepatnya klub Chelsea F.C.. Milan juga terpaksa melepas beberapa pemainnya, antara lain:
Masalah terbesar yang mengganjal transfer para pemain tersebut adalah pihak Milan yang selalu berpikir dua kali untuk mengeluarkan uang demi membeli seorang pemain. Pada bulan Juli dan Agustus 2009, Milan mendapatkan dua pemain baru, yaitu Oguchi Onyewu yang merupakan seorang mantan bek Standard Liège dengan status bebas transfer dan Klaas-Jan Huntelaar eks striker Real Madrid dengan nilai kontrak 14,7 juta Euro. Namun hasil yang di dapatkan Milan pada turnamen pra-musim banyak menuai kekecewaan, pemain anyar yang diturunkan oleh Milan pada saat tur pra-musim hanya Oguchi Onyewu karena Huntelaar baru bergabung bulan Agustus.
Musim 2009/2010 diawali Milan dengan hasil yang tidak memuaskan. Bermula ketika Milan meraih hasil imbang 2-2 melawan Los Angeles Galaxy, seterusnya, Milan terus menuai hasil negatif. Milan terperosok di ajang World Football Challange 2009. Di ajang Audi Cup, Milan juga kalah oleh Bayern Munich dengan skor 1-4. Bahkan, ketika menghadapi derby 30 Agustus 2009 melawan Internazionale di San Siro, Milan kalah memalukan dengan skor 0-4, sekaligus memecahkan rekor kemenangan terbesar Inter di San Siro.
Pertengahan Oktober 2009, penilaian berbagai pihak tentang kinerja Leonardo sebagai pelatih yang tadinya berada di titik terendah akibat serentetan performa buruk, mulai terdongkrak dengan berhasilnya Leonardo memimpin Milan mengalahkan AS Roma 2-1 di San Siro. Setelah kemenangan itu, Milan juga menuai hasil positif di Stadion Santiago Bernabéu dengan kemenangan dramatis atas Real Madrid 3-2. Dan setelah itu, Milan kembali menuai kemenangan atas Chievo Verona di Stadio Marc'Antonio Bentegodi, kandang Chievo, skor 2-1 untuk kemenangan AC Milan. Pada 1 November 2009, Milan mengalahkan Parma F.C. di San Siro 2-0 sekaligus mengantarkan Milan ke peringkat 4 klasemen sementara (Zona masuk Liga Champions terakhir). Pada 19 November 2009, kekalahan 0-2 Juventus F.C. dari Cagliari membuat Milan berada di posisi runner-up di bawah Internazionale; karena, beberapa jam setelah kekalahan Juventus, Milan memenangkan pertandingannya dengan Catania, 2-0.
Memasuki bagian akhir musim Serie A April 2010, Milan yang tengah berada di peringkat ketiga dan hanya selisih 4 poin dari peringkat pertama kelasemen AS Roma, dan hanya berjarak 1 poin dengan peringkat kedua Inter Milan. Namun pada akhirnya Milan harus takluk dua kali berturut-turut dari Sampdoria 2-1, dan dari Palermo dengan skor 3-1. Dengan kekalahan tersebut, impian Milan untuk meraih gelar musim ini pupus. Pada pertandingan di giornata terakhir Seri A 2009/2010 antara Milan melawan Juventus, Leonardo memimpin Milan mengalahkan Juventus 3-0 di San Siro, sekaligus memberi kontribusi terakhirnya bagi rossoneri, dan mengumumkan bahwa ia akan berhenti melatih Milan untuk musim depan. Sejak mundurnya Leonardo, banyak spekulasi yang berpendapat mengenai pelatih baru Milan, tetapi pada 25 Juni 2010, secara mengejutkan pihak Milan mengumumkan untuk memilih Massimiliano Allegri sebagai pelatih baru Milan.

Era Allegri

Musim 2010/2011, Milan dipimpin oleh Massimiliano Allegri, dengan berbagai pembaruan mulai dari sponsor (bwin.com digantikan Emirates), hingga lini pemain. Di akhir bursa transfer, secara mengejutkan Milan memboyong Zlatan Ibrahimovic dari F.C. Barcelona (dengan opsi pinjaman dan pembelian 24 juta Euro di akhir musim), dan Robinho dari Manchester City.